Menjadi sosok panutan itu tidaklah mudah
Di sebuah hutan rimba terdapat sebuah kota hewan yang dihuni oleh berbagai macam hewan-hewan. Kota kecil itu begitu tenteram, namun ada satu peraturan penting yang bila dilanggar maka hukumannya sangat berat. Yaitu mereka tidak boleh mencuri terhadap sesama penghuni kota.
Hingga suatu hari ada seekor kancil muda yang tertangkap oleh anjing penjaga saat dia hendak melancarkan aksi pencuriannya. Dia pun dibawa ke tengah hutan untuk menerima hukuman dari Raja Hutan, namun ketika hendak diadili, dia meminta untuk dipertemukan terlebih dahulu dengan ibunya. Permintaan ini disetujui.
Ibu kancil pun segera dipanggil, dan ketika sang ibu telah datang, kancil muda berkata: "Ibu, aku ingin membisikkan sesuatu." Ibu Kancil pun mengikuti permintaan anaknya dan berjalan mendekatinya. Ketika telinga ibunya telah begitu dekat dengan mulutnya, tiba-tiba kancil muda ini menggigit telinga ibunya.
Binatang-binatang yang ikut menyaksikan kejadian menjadi terkejut, dan bertanya pada si kancil muda alasan dia tega melakukan perbuatan tersebut pada ibunya.
"Ini hukuman untuknya," jawab kancil muda dengan enteng. "Saat aku masih kecil dulu, dan mulai mencuri beberapa barang kecil, aku membawanya pulang dan menunjukkannya pada ibuku. Tetapi dia sama sekali tidak mengomeli atau menghukumku, dia hanya tertawa dan berkata bahwa takkan ada yang menyadari perbuatanku. Dan karena dialah aku berdiri disini saat ini."
======================================
Bisa anda bayangkan bagaimana seandainya anda yang sebagai orangtua melihat anak anda berakhir seperti itu? Seandainya anak kita berbuat sebuah kesalahan, mungkin kira-kira kita akan berkata "Kenapa dia bisa berbuat seperti itu?", "Darimana dia belajar melakukan hal buruk seperti itu?".
Namun bagaimana bila jawaban dari pertanyaan terakhir yang saya tanyakan itu adalah anda sendiri sebagai orangtuanya. Punya bayangan apa yang akan anda katakan pada diri sendiri?
Banyak yang mengatakan anak itu bagaikan sebuah kanvas putih, dengan begitu mudah kita dapat meninggalkan jejak lukisan apa saja. Anak itu memiliki hati pikiran yang masih bersih dan bagaikan sebuah sepon, yang begitu mudah menyerap apa saja hal-hal pertama yang diketahuinya.
Seorang teladan yang baik sangatlah penting. Dimana dia menunjukkan kita arah dan tujuan yang benar. Menginspirasi kita untuk mencapai impian, dan ketika situasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, dia ada untuk berbagi pikiran bagaimana cara mengatasi jalan buntu ini.Dan selama kita berada dalam posisi sebagai seseorang yang memiliki pengaruh terhadap orang lain, entah itu kita sebagai orang tua terhadap anak, atau atasan terhadap bawahan, kita haruslah berhati-hati. Ingatlah kita akan selalu saja di awasi.
Namun betapa ironis terkadang pemimpin itu sendiri meremehkan pengaruh yang mereka miliki terhadap pengikut dan bawahan mereka. Terkadang orangtua tidak menyadari bagaimana perilaku mereka sendiri berpengaruh terhadap perkembangan anak masing-masing.
Tweet |
|
0 comments :