Renungan untuk seorang suami
Kalau dia diam, kita
menuduhnya berakal kosong sehingga tidak ada yang dapat dia katakan. Sedang
kalau dia berbicara kita memakinya dengan cerewet. Dia lupa bahwa tugas istri
adalah menenangkan pikiran suami yang sudah demikian letih dengan aneka problem
dan beban.
Kalau dia keluar rumah, kita
menilainya tidak betah di rumah, mengabaikan urusan anak-anaknya dan membiarkan
mereka dididik oleh pembantu. Sedang kalau dia mengurung dirinya di dalam rumah
kita berkata bahwa dia enggan menambah wawasannya melalui pertemuan dengan
orang lain atau malas menambah pengetahuannya menyangkut apa yang terjadi di
luar batas rumah.
Kalau ia tidak bertanya
tentang ihwal pekerjaan suaminya, kita menilainya sebagai perempuan yang tidak
memiliki arti, tidak dapat meningkat bersama suaminya menuju masa depan, dan
tidak juga berusaha untuk berbagi kesulitan dengan suaminya. Sedang bila ia
menanyakan ihwal pekerjaan suaminya, maka kita berkata bahwa dia ingin
mencampuri segala urusan suaminya.
Kalau dia sayang ibunya dan
menggunakan setiap kesempatan untuk mengunjunginya, maka kita menilainya masih
kekanak-kanakan; berlari menuju ibu untuk meminta saran buat setiap langkah
yang diayunkannya. Sedang bila ia mengurangi kunjungannya kepada ibunya, ia
dinilai perempuan yang angkuh yang enggan meraih manfaat dari pengalaman
ibunya.
Kalau dia berbicara tentang
politik, kita berkata bahwa dia ingin memamerkan pengatahuannya. Sedang kalau
dia berbicara menyangkut tetangga, kita berkata bahwa dia seorang yang sempit
wawasannya, yang tidak memerhatikan kecuali persoalan yang remeh. Kalau dia
berbicara tentang cinta, ia dinilai sebagai wanita picik yang menduga bahwa
dunia hanyalah cinta dan asmara.
Kalau dia mengabaikan
pakaiannya, kita menilainya perempuan bodoh yang menduga bahwa tujuan kerapian
adalah memancing suami bukan untuk mempertahankannya. Tetapi bila dia
memerhatikan pakaiannya kita menuduhnya masih remaja dn bahwa dia lupa bahwa
suaminya membeli untuknya pakaian melalui keringat, darah dan stres yang
dialaminya.
Kalau dia meminta kepada
suaminya agar diajak ke pesta, kita menuduhnya sangat egois dan lupa bahwa
suaminya butuh istirahat setelah bekerja keras. Sedang kalau dia mengusulkan
kepada suaminya agar tetap berada dirumah, kita menuduhnya sebagai pencemburu
yang memenjarakan suami di rumah dan menghalanginya menghirup udara segar.
Kasihan para istri, apa yang
harus dilakukannya?
(detik)
Pesan:
"Hidup rukun itu tidak hanya antar agama, tetapi hubungan suami istri pun harus rukun. Hubungan seperti itulah yang berkenan di hadapan-Nya".
Tweet |
|
0 comments :