Kisah Super

Jangan pernah kau ingkari hati nuranimu



Di sebuah desa yang terpencil, seorang ibu wafat meninggalkan delapan anak. Si ibu tak memiliki suami dan keluarga lain di desa itu. Ia hanya memiliki anak perempuan tertua, belum berusia 17 tahun, berperawakan kurus dan tujuh adik-adiknya. Di bahunya yang ringkih, anak sulung itulah yang harus memikul beban untuk mengurus keluarganya.

Beberapa tahun telah berlalu. Si Sulung memikul tugas itu dengan penuh ketabahan, menjaga agar keluarganya berpenampilan apik, cukup makan dan bersekolah. Dia lakukan sepenuh hati dengan bekerja keras demi memikul tanggung jawab orang tuanya.

Suatu hari, ketika seorang warga desa datang menemuinya dan memuji hal-hal yang dilakukannya. Si Sulung menanggapi pujian itu dengan berkata, “Pak, saya tidak patut dipuji untuk hal-hal yang memang sudah menjadi kewajiban saya.”

“Tetapi, nak, kau tak harus melakukannya. Kamu bisa saja serahkan pada keluargamu yang lain. Kamu juga bisa menitipkan mereka pada panti asuhan atau mencari orang tua asuh.”

Si Sulung terdiam sejenak lalu menjawab, “Ya, itu salah satu cara yang masuk akal. Tapi bagaimana dengan keharusan yang saya rasakan ada dalam jiwa ini. Saya tidak bisa mengingkari hati nurani saya, Pak.”

==============================

Hati nurani adalah sahabat paling setia yang menemani kita untuk tetap berada dalam kebenaran. Ia teman yang tetap akan berada dalam diri. Mengikuti bisikan nurani akan melahirkan ketenangan batin. Ketenangan batin akan menghasilkan energi lahir yang luar biasa untuk terus bekerja menggapai tujuan.

Bekerja dengan hati nurani tak akan padam oleh pujian dan cercaan. Bekerja dengan hati nurani tak akan berhenti setelah mendapat penghargaan. Bekerja mengikuti bisikan hati nurani tak perlu liputan dan selalu nyaman meski dalam sepi yang panjang.

Sahabat, bila kita kehilangan banyak teman di dunia ini, tidak apalah, asal jangan kehilangan teman abadi kita, hati nurani. Meninggalkan hati nurani berarti meninggalkan inti dari eksistensi kita, yaitu jiwa kita. Sosok yang kehilangan jiwa sama halnya seperti mayat yang berjalan di muka bumi.

Hati nurani selalu mengajak kita pada jalan kebenaran dan memompa energi untuk bisa memikul beban orang lain yang membutuhkan uluran tangan.

Hati nurani akan terus berbisik bahkan berteriak pada kita agar kita mengikutinya. Mengacuhkan hati nurani akan membuat hati kita akan mati. Mengabaikan ajakan hati nurani berarti kita kehilangan sisi kemanusiaan kita.



0 comments :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Slide out post Recommended