Arti keluarga dalam kehidupanmu
Saya bersenggolan dengan seseorang yang tidak saya kenal. "Oh, maafkan saya," reaksi spontan saya. Ia juga berkata: "Maafkan saya juga." Orang itu dan saya berlaku sangat sopan. Kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.
Namun cerita lainnya terjadi di rumah. Pada hari itu juga, saat saya memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik, hampir saja membuatnya jatuh. "Minggir!" teriak saya dengan marah. Ia pergi dengan hati hancur.
Saat berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara: "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-sewenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan kuntum-kuntum bunga. Bunga-bunga tersebut telah dipetik oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara untuk memberikan kejutan bagimu, kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."
Sekarang air mataku mulai menetes. Pelan-pelan saya pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku, anakku?" kataku berbisik. Ia tersenyum, "Aku ambil bunga-bunga itu karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru."
"Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu."
Si kecilku berkata, "Oh ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu..."
"Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, terutama yang biru." Dan ku peluk anakku. Ku ciumi pipi dan keningnya. Air mataku tak bisa ku bendung lagi...
========================
Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan dimana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.
Namun cerita lainnya terjadi di rumah. Pada hari itu juga, saat saya memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik, hampir saja membuatnya jatuh. "Minggir!" teriak saya dengan marah. Ia pergi dengan hati hancur.
Saat berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara: "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-sewenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan kuntum-kuntum bunga. Bunga-bunga tersebut telah dipetik oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara untuk memberikan kejutan bagimu, kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."
Sekarang air mataku mulai menetes. Pelan-pelan saya pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku, anakku?" kataku berbisik. Ia tersenyum, "Aku ambil bunga-bunga itu karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru."
"Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu."
Si kecilku berkata, "Oh ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu..."
"Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, terutama yang biru." Dan ku peluk anakku. Ku ciumi pipi dan keningnya. Air mataku tak bisa ku bendung lagi...
========================
Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan dimana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.
Tweet |
|
0 comments :