Kisah Raja, Petani dan Cangkulnya
Ada seorang petani
dengan cangkulnya membajak sawah setiap hari. Selama bertahun-tahun waktunya
dihabiskan dengan mencangkul tanah. Dia melakukan pekerjaannya dengan rajin
sehingga memperoleh hasil cukup bagus.
Pada suatu hari ada seorang kultivator datang ke rumahnya
meminta derma. Kultivator ini kelihatan hidup dengan bebas dan bahagia, maka
didalam hati petani ini timbul niat untuk berkultivasi.
Setelah pulang kerumahnya, dia bertekad akan melepaskan
segalanya, seperti kultivator ini hidup bebas bahagia. Setelah keluar dari
rumahnya, dia merasa kedua tangannya kosong sangat tidak terbiasa.
Setiap hari dia senantiasa membawa cangkulnya keluar
bersamanya, sekarang melepaskannya seperti merasa ada sesuatu yang hilang.
Akhirnya dia masuk kembali ke dalam rumahnya, mengangkat cangkulnya melihat
dari atas sampai kebawah, dari bawah sampai ke atas, cangkul ini dipergunakan
setiap hari oleh sebab itu kelihatannya sangat mengkilat. Untuk meninggalkannya
sungguh tidak terbiasa, setelah berdiri dia kembali terduduk, dan mengelus-elus
cangkulnya itu.
Lalu dia membersihkan cangkul itu sampai bersih mengkilat,
membungkusnya dengan kain yang berlapis-lapis, meletakkan disuatu tempat yang
istimewa. Pada saat ini dia merasa hatinya agak tenang, dia lalu keluar dari
rumahnya, masuk ke biara menjadi bhiksu.
Petani ini setelah menjadi kultivator hatinya sangat teguh
berkultivasi, tetapi setiap dia melihat hamparan padang rumput yang hijau,
hatinya selalu teringat kepada cangkulnya. Dia selalu tanpa bisa menahan
hatinya lari pulang kerumahnya membuka bungkusan kain, mengelus-elus
cangkulnya, kemudian dibungkus kembali kemudian pulang kembali ke biara.
Setelah berkultivator selama 7-8 tahun, dia lalu berpikir,
“Kenapa begitu lama saya berkultivasi sudah beberapa tahun, tetapi masih belum
mendapat apa-apa?
Setelah dipikirkan dia menyadari bahwa adalah sesuatu
keterikatan yang sangat besar yang belum bisa dia lepaskan! Dia bertekad akan
melepaskan keterikatan ini, lalu dia pulang kerumahnya, mengambil cangkulnya
membawanya ke sebuah danau yang sangat besar, dia mengelilingi danau ini
beberapa kali, lalu dengan sekuat tenaganya membuang cangkul itu ke dalam danau.
Beban dihatinya bagaikan batu yang besar juga terasa lepas begitu saja.
“Saya sudah berhasil!, saya telah menang!” Dia
berteriak dengan gembira.
Pada saat itu kebetulan ada seorang raja dengan para
panglima dan prajurit yang menang perang melewati danau. Dari jauh raja sudah
mendengar petani yang berteriak dengan gembira itu. Raja yang berada diatas
pelana kudanya, lalu mendekatinya dan bertanya kepadanya.
“Engkau memenangkan apa, kenapa demikian gembira?” tanya
Raja.
“Saya bisa memenangkan iblis didalam hati saya, saya telah
melepaskan semua keterikatan di dalam hati saya,” jawab petani kultivator itu.
Raja melihat dia demikian gembira, benar-benar kegembiraan
yang terlepas dari dasar hatinya, bebas bahagia, lalu dia memikirkan keadaan
dirinya sendiri, saya mempunyai kekuasaan yang demikian besar, membawa pasukan
yang sangat besar, memenangkan peperangan, tapi apakah saya merasa senang,
apakah hati saya merasa tenang?
(Erabaru/hui)
Pesan:
"Keteguhan iman akan berbuah pada hasil yang indah di setiap perkara. Lepaskan beban Anda dan mulailah berserah diri kepada-Nya".
"Keteguhan iman akan berbuah pada hasil yang indah di setiap perkara. Lepaskan beban Anda dan mulailah berserah diri kepada-Nya".
Tweet |
|
0 comments :